Wednesday, 17 April 2013

Monitoring Corruption : Evidence from a Field Experiment in Indonesia (Resume)

Korupsi merupakan masalah yang sering terjadi di negara berkembang. Meskipun korupsi dapat menjadi kontribusi terhadap pertumbuhan di negara tersebut, namun korupsi tetap harus dikurangi bahkan dihilangkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi korupsi adalah mengkombinasikan monitoring dan punishment secara tepat. Namun dalam prakteknya, cara tersebut tidak dapat mengurangi korupsi. Sehingga muncul salah satu pendekatan alternatif yang terkenal beberapa tahun belakangan ini, yaitu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemantauan tingkat lokal. Dengan meningkatnya pastisipasi masyarakat ini tidak hanya dapat mengurangi korupsi, tetapi juga meningkatkan pelayanan publik.

Pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan "grassroots". Dalam pendekatan ini diasumsikan bahwa anggota masyarakat merupakan orang - orang yang berpengaruh dalam kesuksesan program dan mungkin lebih terdorong untuk memantau daripada tertarik kepada birokrat pemerintah pusat. Untuk pengujian terhadap pendekatan tersebut maka dilakukanlah percobaan lapangan terkontrol di 608 desa di Indonesia. Setiap desa tersebut akan melakukan pembangunan jalan desa sebagai bagian dari proyek infrastruktur nasional tingkat desa. Kemudian proyek mereka nantinya akan diaudit oleh lembaga audit pemerintah pusat.

Percobaan dilakukan dengan dua cara. Dalam percobaan yang pertama, untuk mendorong partisipasi langsung masyarakat dalam proses monitoring, maka dibagikan undangan pertemuan akuntabilitas ke seluruh desa. Sedangkan untuk percobaan kedua, memberikan kesempatan bagi warga untuk menyampaikan informasi tentang proyek tanpa rasa takut akan adanya pembalasan dengan cara mendistribusikan formulir komentar anonim beserta undangan tersebut.

Desain eksperimental untuk percobaan ini akan memeriksa tiga intervensi. Ketiga intervensi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
‒ Meningkatkan probabilitas audit eksternal
‒ Meningkatkan partisipasi dalam pertemuan akuntabilitas
‒ Memberikan formulir anonim ke desa - desa
Data yang digunakan dalam percobaan ini mencakup data tentang pengeluaran yang dilaporkan, mengukur kuantitas bahan, mengukur upah dan jam kerja, mengukur harga, dan pengukuran pengeluaran yang hilang.

Ada dua strategi yang diteliti dalam percobaan ini. Strategi tersebut adalah monitoring top - down oleh auditor pemerintah dan monitoring bottom - up melalui partisipasi masyarakat dalam proses pemantauan di desa.

Bukti menunjukkan bahwa peningkatan kemungkinan audit eksternal secara substansi dapat mengurangi dana yang hilang pada proyek ini. Namun, jumlah penurunan pengeluaran dana yang hilang tidak terlalu besar. Kemudian bukti yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam monitoring menujukkan bahwa berkurangnya pengeluaran yang hilang hanya terjadi pada satu keadaan tertentu. Hasil ini merupakan hasil dari intervensi jangkan pendek. Sehingga dapat disarankan bahwa akan optimal jika rotasi auditor yang sering atau probabilitas audit yang rendah dipadukan dengan hukuman yang lebih tinggi.

Tuesday, 2 April 2013

Apa itu COSO,,,?????

Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO) merupakan komite yang dibentuk oleh organisasi – organisasi profesi di Amerika, antara lain AICPA, Financial Executives Association, Institute of Management Accountants (IMA), Institute of Internal Auditors (IIA) and American Accounting Association (AAA). Pada tahun 1992, COSO mengeluarkan definisi tentang pengendalian internal. COSO mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan dengan kategori berikut, yaitu efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, kepetuhan terhadap hukum dan ketentuan yang berlaku.




Menurut COSO, komponen pengendalian internal terdiri dari 5 komponen, yaitu :

1. Lingkungan pengendalian (control environment)

Lingkungan pengendalian mencakup sikap manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian dalam organisasi tersebut. Peranan lingkungan pengendalian adalah menetapkan suasana dari suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang – orangnya. Komponen ini merupakan pondasi dari semua komponen pengendalian internal lainnya yang menyediakan disiplin dan struktur. 
Beberapa faktor pembentuk lingkungan pengendalian di antaranya :
- Integritas dan nilai etika
- Komitmen terhadap kompetensi
- Dewan direksi dan komite audit
- Filosofi dan gaya operasi manajemen
- Struktur organisasi
- Penetapan wewenang dan tanggung jawab
- Kebijakan dan praktik sumberdaya manusia

Contoh pengendalian internal dalam komponen lingkungan pengendalian :

Bank “X” memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas. Selain itu juga terdapat kode etik profesional dimana dewan komisaris dan direksi menerapkan komitmen integritas yang terdiri dari aspek Good Corporate Governance (GCG) dan Code of Conduct yang berlaku bagi seluruh karyawan dan manajemen. Ada pula aturan tertulis dan filosofi “no fraud tolerance” beserta sanksi yang akan dikenakan jika melanggar.

Pada Bank “X” dilakukan pemisahan tugas dan kewenangan untuk masing – masing bagian agar tidak terjadi penyalahgunaan otoritas dan wewenang. Untuk perekrutan karyawan dilakukan secara ketat dan dilakukan training serta konsultasi jika diperlukan. Selain itu ada kebijakan insentif yang diberikan sesuai dengan kinerja.


2. Penilaian risiko (risk assessment)

Penilaian risiko merupakan identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko suatu entitas yang relevan untuk mencapai tujuan. Penilaian risiko oleh manajemen harus mencakup pertimbangan khusus atas perubahan kondisi yang dapat memunculkan risiko. Perubahan kondisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
- Perubahan dalam lingkungan operasi
- Personel baru
- Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi
- Pertumbuhan yang cepat
- Teknologi baru
- Lini, produk, atau aktivitas baru
- Restrukturisasi perusahaan
- Operasi di luar negeri
- Pernyataan akuntansi

Contoh pengendalian internal dalam komponen penilaian risiko :

Bank “X” menggunakan mekanisme penilaian risiko sesuai level manajemen menurut Basel Accord II. Divisi manajemen risiko Bank “X” melakukan analisis risiko berupa pengukuran melalui laporan profit risiko triwulanan. Respon dari analisis risiko tersebut adalah menerapkan Key Risk Indicators (KRI) sebagai sinyal peringatan dini serta penghitungan dan pemantauan jumlah kegiatan berpotensi risiko melalui Loss Event Recording System (LERS). Bank “X” dapat melakukan mitigasi risiko secara tepat.

3. Aktivitas pengendalian (control activities)

Aktivitas pengendalian mencakup kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan dengan semestinya. Selain itu juga memastikan bahwa pengelolaan risiko telah dilakukan untuk pencapaian tujuan entitas. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendukung aktivitas pengendalian dapat dikategorikan sebagai berikut :
- Pemisahan tugas
- Pengendalian pemrosesan informasi yang terdiri dari pengendalian umum dan pengendalian aplikasi
- Pengendalian fisik
- Review kinerja 

Contoh pengendalian internal dalam komponen aktivitas pengendalian :

Untuk aktivitas pengendalian, Bank “X” melakukan pemisahan tugas untuk setiap bagian, pengawasan atas tindakan karyawan dan manajemen senior, serta adanya evaluasi atas kebijakan dan prosedur yang ada untuk memitigasi risiko. Proses pengendalian dilakukan oleh Internal Control Department melalui pemerikasaan kredit dan operasional di cabang secara harian. Bank “X” menggunakan teknologi database untuk melakukan input nasabah baru, melaporkan komplain nasabah ke pusat, dan meng – update data nasabah jika diperlukan.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Informasi dan komunikasi merupakan pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam bentuk dan waktu yang memungkinkan orang – orang untuk melakukan tanggung jawab mereka. Sistem informasi menghasilkan laporan yang berisi informasi operasional, finansial, dan terpenuhinya keperluan sistem. Informasi dan komunikasi juga dibutuhkan untuk memberikan informasi dalam pembuatan keputusan bisnis dan laporan eksternal. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu dalam pengendalian internal entitas. Komunikasi yang efektif dibutuhkan baik dengan pihak internal maupun eksternal.

Contoh pengendalian internal dalam komponen informasi dan komunikasi :

Bank “X” mengkomunikasikan informasi secara lisan dan tertulis. Informasi tersebut meliputi aturan, prosedur, kebijakan, sanksi, job description, wewenang, dan tanggung jawab. Komunikasi secara lisan dilakukan melalui briefing, sedangkan komunikasi secara tertulis disampaikan melalui web intranet dan buku pedoman manual. Komunikasi internal lainnya dilakukan dengan mekanisme pelaporan kecurangan untuk menindaklanjuti apabila terjadi kecurangan dan pelanggaran prosedur serta kode etik. Mekanisme ini juga diperuntukan bagi pihak eksternal seperti pengaduan melalui customer servicemaupun melalui web yang disediakan Bank “X”. Informasi secara internal disampaikan melalui RUPS dan disediakan pula laporan yang dipublikasikan untuk pihak eksternal.

5. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan merupakan proses penilaian kualitas kinerja pengendalian internal pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian desain dan pengoperasian pengendalian tepat waktu serta mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Pemantauan terhadap sistem pengendalian internal akan menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Aktivitas pemantauan mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bagian yang memerlukan perbaikan.

Contoh pengendalian internal dalam komponen pemantauan :

Bank “X” melakukan evaluasi secara terpisah yang dilakukan oleh atasan setiap harinya, khususnya divisi kartu kredit. Evaluasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi kinerja dari setiap marketing yang ada. Selain itu, terdapat Komite Audit dan SKAI yang melakukan penelaahan atas efektivitas pengendalian internal, identifikasi hal yang perlu diperhatikan Dewan Komisaris, dan penelaahan tingkat kepatuhan Bank “X” terhadap peraturan perundang – undangan.

*Catatan :
Contoh pengendalian internal untuk setiap komponen diambil dari Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 1 No. 1 (2012) yang berjudul Evaluasi Penerapan Internal Control Berdasarkan Kerangka COSO 2012 pada Divisi Kartu Kredit di Bank “X” oleh Patricia Angela Santoso.